SINANDONG MANCA

Sabtu, 19 Juni 2010

SINANDONG

KISAH ASAL MULA LAGU DIDONG, SINANDONG, ALOBAN CONDONG, TARI GUBANG DAN TARI PATAM-PATAM


Bagian I

Konon menurut cerita yang empunya kisah, ada 3 orang nelayan yang mencari nafkah hidupnya menangkap ikan ke laut.Mereka bertiga dengan sebuah sampan berwarna hitam dengan memakai layar putih yang terbuat dari kain belacu, mengadu nasib dengan pertarungan sengit, dibuai ombak dan hempasan badai. Mereka duduk didalam sampan, seorang duduk di buritan (diberi nama siburitan), seorang duduk ditengah (diberi nama si timba ruang ) dan seorang lagi duduk di muka ( diberi nama si haluan ).
Perahu mereka terombang-ambing oleh angin kencang yang tiada mengenal belas-kasihan terhadap sang nelayan yang hampir kehabisan bekal.
Dari kejauhan terdengar suara berisik, dahan kayu yang bergerak dipukul angin dan suara air yang tak henti-hentinya berdebur di timba ruang perahu. Dengan rasa kecut mereka berpikir tidak akan sampai lagi kelaut. Kalaulah diteruskan mereka akan mati kelaparan.
Dalam rasa gundah-gulana mencekam diri mereka , Si Haluan duduk memegang bangsi (seruling yang dibuat yang dibuat dari bambu). Ia mulai meniup bangsinya ,menirukan suara angin dan suara gesekan kayu dari kejauhan. (Kata "bagese"akhirnya berubah menjadi bangsi) Sedangkan si Timba Ruang terus saja menimba air yang hampir saja memenuhi sampan itu. Seorang lagi yang duduk di buritan mulai putus asa karena kemudi sampan itu hampir-hampir tidak dapat lagi dikendalikannya. Tiba-tiba angin kencang itu mulai reda dan berhenti berhembus. Mereka terkatung-katung dibuai oleh ombak yang sekali-sekali mengangkat sampan meeka itu setinggi-tingginya dan menghempas kembali dengan tiada ampunnya. Siburitan memekik sekuat-kuatnya memanggil dan memuja angin meminta pertolongan, lagu ini akhirnya dinamai lagu "Didong"

Syair lagu itu seperti demikian

OOOOOOOOOOUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU.................
Bertelur kau sinangin
Bertelur sepanjang pantai
Berhombuslah kau angin
Supaya lokas kami sampai

Lagu Didong adalah lagu memanggil angnin. Sekonyong-konyong angin mulai berhembus lemah, dan mereka mulailah mengembangkan layarnya untuk kembali kedarat. Pulanglah mereka kembali dengan bekal yang hampir habis.
Dalam perjalanan pulang si Buritan pun menyenandungkan akan nasib peruntungnan yang menimpa diri mereka bertiga. Sedangkan si Haluan seolah-olah tidak memperdulikan lagi tentang nasib mereka itu, dan ia telah dihanyutkan oleh angin tiupan bangsinya, yang mengalun-alun mengimbangi andungan si Buritan, si Timba Ruang terus saja melaksanakan tugasnya meimba air air yang masuk kedalam sampan, karena pakal ( tali penyumbat)sampannya ada yang tanggal, yang menyebabkan air masuk ke dalam sampan, sangkin kerasnya ia menimba air itu, tak ubahnya seperti bunyi pukulan gendang. Tingkah perbuatan mereka merupakan suara musik yang sangat merdu didengar dan sangat memilukan hati bagi yang mendengarnya. Kekuatan daya tarik yang membuat lagu ini sangat terkesan dihati disebut "pitunang" yakni orang dapat terpukau dan tak sadarkan diri jika mendengarkan lagu itu. Andungan ini terdengar sampai jauh sekali dibawa angin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar